jateng.jpnn.com, SEMARANG - Afat (23), seorang lulusan S1 Pendidikan Agama Konghucu di Sekolah Tinggi Agama Konghucu Indonesia (STIKIN) Purwokerto, menjadi satu-satunya penganut Konghucu yang berhasil trmbus ke Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Gelombang I 2025.
Kini, Afat bersama 99 siswa lainnya menjalani pendidikan di Batalyon SIPSS, Akademi Kepolisian (Akpol), Kota Semarang. Keberhasilannya menembus SIPSS menjadi bukti bahwa Polri menjunjung tinggi pluralisme dalam rekrutmen anggota.
Sebelum menjadi siswa SIPSS, Afat adalah Guru Agama Konghucu di SMPN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Ia juga aktif sebagai penyuluh agama non-PNS serta penulis di kanal Pusat Bimbingan Pendidikan Konghucu Kementerian Agama RI.
Afat menyelesaikan studinya di STIKIN Purwokerto hanya dalam 6 semester, lebih cepat dari biasanya, karena kebutuhan mendesak akan guru agama Konghucu yang linear dengan pendidikannya. Ia menjadi lulusan pertama STIKIN bersama 25 rekan lainnya.
Kesempatan untuk bergabung dengan Polri datang ketika Afat mengetahui pembukaan SIPSS 2025 yang membutuhkan lulusan dengan jurusan sesuai pendidikannya. Tanpa ragu, ia mendaftar dan mengikuti serangkaian seleksi yang dimulai pada November 2024 di Pusat Misi Internasional Tangerang, hingga akhirnya dinyatakan lolos di tingkat di pusat.
Di tengah mayoritas siswa SIPSS yang beragama Islam, Afat tetap menjalankan ibadahnya sebagai penganut Konghucu. Meski tak memiliki tempat sembahyang khusus di lingkungan pendidikan, ia tetap berdoa dan membaca Kitab Sishu, kitab suci agama Konghucu, sebagai bentuk refleksi diri.
"Pengasuh di sini memberikan saya kesempatan seluas-luasnya untuk beribadah menurut keyakinan saya," ujar Afat di Batalyon SIPSS, Jumat (7/3/2024) malam.
Afat mengaku nyaman dan tak mengalami kendala dalam menjalankan keyakinannya selama pendidikan di SIPSS. Ia melihat bahwa Polri menjunjung tinggi keberagaman dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua pemeluk agama.