jpnn.com, JAKARTA - Krisis lingkungan yang terjadi saat ini makin memprihatinkan. Imbasnya terasa di segala penjuru, mulai perkotaan hingga daerah-daerah terpencil di pedesaan.
Namun, kepedulian terhadap kondisi ini masih sangat minim. Orang lebih fokus mengeksploitasi alam, tanpa peduli batasan serta dampak negatif yang ditimbulkan.
Menanggapi hal tersebut, Dewan Pengurus Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) mengikrarkan Deklarasi Harmoni Alam dan Iman.
Deklarasi berlangsung di acara daring ‘Inter-Denominational, Nature Dialogue’ yang dihadiri perwakilan pemuda lintas denominasi Indonesia.
Narasumber yang hadir yakni Sekretaris Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan DPP GAMKI yang juga Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara Andar Abdi Saragih, Wakil Ketua II Sinode GKI di Tanah Papua, Pendeta G.M. Wutoy, Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan, Ketua Umum PIKI & Ketua Komite II DPD RI Badikenita Putri Br. Sitepu
“Ini adalah forum untuk berdialog, refleksi, dan mengambil peran aktif untuk merespons krisis ekologi dengan pendekatan iman,” jelas Ketua Umum DPP GAMKI, Sahat Sinurat.
Sahat menegaskan bahwa krisis lingkungan yang terjadi merupakan seruan moral dan spiritual bagi gereja dan umat beriman untuk bertobat, serta memperbaiki relasi yang rusak antara manusia dan alam.
“Menjaga bumi adalah panggilan iman. Ketika pemuda Kristen bersatu untuk merawat ciptaan Tuhan, itu bukan sekadar aktivisme lingkungan — itu adalah bentuk kasih kepada Sang Pencipta,” tegasnya.
Andar Saragih menambahkan hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang pemuda gereja dalam menjaga alam.