jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno optimistis perdagangan karbon akan menjadi pilar ekonomi baru yang berkelanjutan untuk Indonesia.
Hal ini disampaikan Eddy saat menyampaikan keynote speech dalam peringatan ulang tahun Asosiasi Ahli Emisi Karbon Indonesia (ACEXI) yang berlangsung di Ruang Serba Guna Perpusnas, Kamis (23/1).
Menurut Eddy, implementasi perdagangan karbon di Indonesia setelah diresmikan beberapa waktu lalu dapat langsung berjalan, serta berdampak positif bagi pendapatan negara.
"Tidak membutuhkan pembangunan infrastruktur, seperti halnya membangun pabrik atau industri. Cukup dengan regulasi dan kebijakan saja," kata Eddy dalam keterangannya, Jumat (24/1).
Doktor Ilmu Politik UI ini mengungkapkan Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan Low Carbon Economy melalui perdagangan karbon atau pengembangan industri ramah karbon, seperti Carbon Capture Storage.
Eddy menyebut Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon terbesar di kawasan, sampai dengan 600 gigaton.
"Selain itu, kita berada dalam jarak yang ekonomis dengan negara penghasil karbon seperti Singapura, Jepang, dan Korea. Kita jangan sampai ketinggalan memanfaatkan peluang besar ini," ujarnya.
Sebagai potensi pilar ekonomi baru yang sesuai kaidah keberlanjutan (sustainability), Eddy menyampaikan MPR siap berkolaborasi dengan pelaku usaha perdagangan karbon untuk mewujudkan lingkungan dan udara bersih sebagai hak masyarakat.