jateng.jpnn.com, SEMARANG - Sebuah rumah sederhana di Jalan Blimbing Raya No. 34, Kelurahan Peterongan, Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah menyimpan jejak sejarah kelam Indonesia.
Bangunan bercat krem dengan pagar besi berkarat itu dulunya merupakan markas Partai Komunis Indonesia (PKI) Kota Semarang sekaligus rumah transit Dipa Nusantara (DN) Aidit sebelum melarikan diri ke Solo pada peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.
Enam dekade berlalu, rumah tersebut kini ditempati Kapten (Purn) Sanjoto, seorang veteran yang pernah terlibat langsung dalam operasi pengejaran Aidit.
Di usia 95 tahun, tubuhnya tak segagah kala masih aktif di militer. Namun, memorinya masih jelas menggambarkan gejolak Kota Semarang pada masa itu.
"G30S itu dalangnya PKI. Begitu meletus siang, sorenya itu pusat membeli instruksi," ujarnya ditemui JPNN.com di rumahnya Jalan Blimbing Raya No 34 Kota Semarang, Selasa (30/9).
Sanjoto kala itu masih berpangkat letnan. Dia mendapat perintah rahasia dari atasan untuk mencari rumah yang akan digunakan DN Aidit sebagai tempat singgah.
"Usahakan ditangkap hidup-hidup," begitu bunyi perintah yang diingatnya.
Dengan perintah itu, Sanjoto menyisir kawasan Peterongan tanpa hasil. Hingga seorang perwira Kodim Semarang menuntunnya ke sebuah rumah di Blimbing Raya. Namun, dia terlambat.



















































