jatim.jpnn.com, SIDOARJO - Salah satu santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo terpaksa diamputasi bagian tubuhnya agar bisa dievakuasi dari reruntuhan bangunan.
Direktur Utama RSUD RT Notopuro Dokter Atok Irawan mengungkapkan tindakan amputasi lengan kiri korban insiden ambruknya musala tersebut dilakukan karena keadaan darurat.
Pihaknya sempat mendapatkan protes dari pihak keluarga korban lantaran tidak dimintai persetujuan. Namun, salah satu petugas medis RSUD RT Notopuro memberikan penjelasan di lokasi kejadian.
"Tadi malam sempat ada yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya, bagaimana kalau kondisi darurat, sempat nanya, 'siapa yang mengizinkan," ungkap Atok, Selasa (30/9).
Setelah penjelasan secara humanis, keluarga korban menerimanya. Menurut Atok, tindakan yang dilakukan tersebut juga membahayakan bagi para nakes.
"Untung dokter kami menjelaskan dengan lembut, sabar, alhamdulillah (keluarga) bisa menerima karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami," kata dia.
Dokter kemudian melakukan penanganan pertama setelah proses amputasi selesai. Korban langsung dibawa menuju RSUD RT Notopuro untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
"Jadi, tetap pertolongan, (korban) dibius di sana, lukanya (amputasi) ditutup, cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi, dijahit ulang sampai pukul 01.30 WIB, baru selesai," jelasnya.



















































