jpnn.com, JAKARTA - Saat ini Indonesia menghadapi beban Penyakit Tidak Menular (PTM) yang makin meningkat dan menyumbang lebih dari 73 persen kematian nasional.
Sejalan dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2024 tentang kesehatan yang menekankan pengendalian konsumsi gula, garam dan lemak tidak sehat secara berlebihan, workshop ini menjadi wadah penguatan kapasitas.
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Asnawi Abdullah, PhD menyatakan kembali komitmen pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Menurut Prof. Asnawi, penanggulangan peningkatan prevalensi PTM sebagai komponen utama dari misi tersebut.
“Reformulasi pangan sangat krusial, karena sebanyak 73 persen kematian di Indonesia terkait dengan PTM,” ujar Prof. Asnawi dalam workshop Food Industry Asia (FIA) dan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) baru-baru ini.
Adapun forum itu mempertemukan para wakil pemerintah, akademisi dan pemimpin industri untuk memperkuat landasan pengambilan kebijakan berbasis sains di Indonesia, khususnya reformulasi pangan.
Indonesia membutuhkan strategi efektif untuk menghadapi tantangan kesehatan masyarakat, terutama yang disebabkan oleh PTM.
Menurut Prof Asnawi, dengan mengurangi kandungan gula, garam, dan lemak dalam produk makanan serta menerapkan pelabelan gizi yang jelas dan sistem peringkat gizi, kita dapat memberdayakan konsumen untuk membuat pilihan yang lebih sehat.