jabar.jpnn.com, BOGOR - Anggota Dewan Pakar Gerakan Rakyat, Nandang Sutisna, menilai persoalan yang melanda proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh tidak hanya disebabkan oleh kendala teknis dan pendanaan.
Dia menyebut akar masalah proyek ini terletak pada pola kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terlalu menekankan prinsip kecepatan dan kemudahan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Nandang, pendekatan seperti itu bisa efektif untuk proyek kecil yang membutuhkan eksekusi cepat, tetapi berisiko besar jika diterapkan pada proyek infrastruktur berskala besar dan kompleks.
“Proyek sebesar ini semestinya dijalankan dengan perencanaan matang, kajian teknis dan finansial yang cermat, serta tata kelola yang kuat. Pendekatan yang terlalu cepat dan mudah justru menimbulkan kesan grasa-grusu dan menggampangkan,” ujar Nandang dalam keterangan resminya, Minggu (2/11).
Didorong Keinginan Tinggalkan Warisan Besar
Ia menduga keputusan yang terkesan terburu-buru tersebut dilandasi oleh ambisi Presiden Jokowi untuk menuntaskan sebanyak mungkin proyek strategis sebelum masa jabatannya berakhir.
“Ada indikasi kuat bahwa Presiden ingin meninggalkan legacy besar di akhir pemerintahannya. Karena itu, banyak proyek dikebut tanpa perencanaan dan pengawasan memadai,” kata Nandang.
Nandang menambahkan, orientasi pada kecepatan menyebabkan kualitas perencanaan dan pengawasan menurun.
Ia menilai banyak keputusan strategis diambil secara top-down, tanpa ruang yang cukup bagi kementerian teknis untuk memberikan masukan berbasis kajian.



















































