jpnn.com - JAKARTA - Indonesia menunjukkan daya tarik investasi kuat di tengah ketidakpastian global. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pembukaan Business Forum Indonesia Economic Outlook 2026: Strategic Partnerships for Business, Trade & Tourism Investment, memaparkan capaian investasi yang memelesat serta target ambisius untuk tahun mendatang.
Realisasi investasi hingga September 2025 telah mencapai Rp 1.434,3 triliun (USD 85 miliar), meningkat hampir 13 persen (year on year) dan menciptakan 1,95 juta lapangan kerja tambahan. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) telah menyumbang investasi kumulatif Rp 294,4 triliun.
Sejalan dengan optimisme pertumbuhan, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani telah menetapkan target lonjakan investasi yang signifikan. Pada 2026, investasi diproyeksikan menyentuh angka Rp 2.175,26 triliun, naik 14,2 persen dari target 2025.
Pemerintah juga akan tetap melanjutkan fokus utama pada hilirisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Target ini didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,33 persen pada 2026 oleh Bank Indonesia (BI).
Dari sisi anggaran pendapatan dan belanja negara, pemerintah juga mengalokasikan APBN 2026 sebesar Rp 3.250 triliun, yang mana Rp 450 triliun didedikasikan untuk sektor inti, seperti ketahanan pangan, energi, gizi, pendidikan.
"Kebijakan ini diperkirakan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang besar bagi perekonomian," ungkap Airlangga Hartarto, Selasa (2/12).
Penguatan arus investasi berdampak langsung pada sektor-sektor pendukung, termasuk pariwisata dan industri MICE atau Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions. Kementerian Pariwisata menargetkan kontribusi devisa sektor MICE meningkat dari 10 persen menjadi 15 persen pada 2029.
Hingga September 2025, pemerintah telah mendukung 134 event yang menarik 10,8 juta pengunjung, melibatkan 95 ribu pekerja, dan menghasilkan perputaran ekonomi Rp 11,82 triliun. Data ini menegaskan peran MICE sebagai pilar penting dalam agenda pertumbuhan ekonomi jangka menengah.


















































