jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Sebanyak 50 karya lukisan hasil goresan tangan 43 penyandang autis dari berbagai daerah dipamerkan dalam pameran seni rupa bertajuk "I'm Possible: Ekspresikan Dirimu" di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 17–23 Mei 2025.
Pameran ini menjadi ruang apresiasi sekaligus wadah terapi dan ekspresi diri bagi para penyandang autis.
Penyandang autis adalah individu yang mengalami autisme, yaitu gangguan perkembangan saraf otak yang menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan belajar.
Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan spektrum yang gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap penderitanya.
Kondisi ini biasanya sudah muncul sebelum anak berusia tiga tahun dan membuat penderitanya cenderung menarik diri dari lingkungan sosial serta menunjukkan perilaku berulang.
Ketua Komunitas Seni Pesona Autistik Indonesia (PAI) Mirah Hartika mengatakan bahwa pameran ini tidak sekadar menampilkan karya seni, tetapi juga memperluas kesadaran masyarakat bahwa seni, khususnya seni lukis, dapat menjadi media terapi yang efektif bagi anak-anak autistik.
“Seni lukis itu art therapy. Dampaknya besar terhadap perkembangan kognitif anak-anak autistik. Di Yogyakarta kesadaran itu belum terlalu tinggi,” ujar Mirah saat pembukaan pameran di GIK UGM, Sabtu (17/5).
Mirah menilai masih banyak orang tua yang belum melihat seni lukis sebagai sarana bermanfaat untuk tumbuh kembang anak-anak mereka.