jateng.jpnn.com, TEMANGGUNG - Sorot lampu menyapu pelan panggung Gedung Juang 45 Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (10/5) malam.
Di sanalah Dengung Teater kembali hadir setelah bulan-bulan panjang latihan dalam diam, membawa pertunjukan yang tak hanya menyentuh nalar, tetapi juga menggugah rasa.
Mereka mainkan lakon "Aktor-Aktor yang Tersesat" karya Irwan Jamal. Sebuah kisah yang menggali lapisan terdalam dari kegelisahan manusia panggung.
Konflik muncul bukan dari luar, melainkan dari ketidaksiapan yang paling sunyi: seorang aktor belum juga datang ketika tirai akan dibuka.
Ketegangan menyelimuti mereka yang bersiap tampil. Kebingungan, kecemasan, dan rasa gagal menyerbu ruang ganti.
"Aktor tidak boleh sakit, kecuali mati," ujar Ramadhani Khaf, sang sutradara kepada JPNN.com, Minggu (18/5).
Dalam dunia yang menuntut kesempurnaan ilusi, kehadiran seorang aktor bukan hanya bagian teknis, tetapi jantung dari seluruh peristiwa panggung.
Penundaan bukan sekadar opsi, itu aib. Meminta penonton pulang adalah kekalahan. Di luar panggung, mereka akan dicibir, dicap gagal, ditertawakan karena absen dalam peran yang mereka cintai.