jateng.jpnn.com, SEMARANG - Kesedihan mendalam menyelimuti PSIS Semarang. Kekalahan 1-2 dari PSS Sleman di Stadion Jatidiri, Jumat (9/5), bukan hanya memperpanjang puasa kemenangan mereka menjadi 12 laga beruntun, tetapi juga menandai babak kelam dalam sejarah Mahesa Jenar, degradasi dari kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Caretaker PSIS Semarang Muhammad Ridwan tak menampik nasib timnya kini tak lagi sepenuhnya berada di tangan mereka. Dengan hanya dua laga tersisa, melawan Malut United dan Barito Putera, PSIS hanya bisa berharap, meski kenyataan jauh lebih kejam.
Ternyata kepastian itu datang lebih cepat. Hasil imbang 1-1 antara Semen Padang dan Persebaya pada Minggu (11/5) memupus semua harapan.
PSIS yang mengoleksi 25 poin dari 32 pertandingan tak mungkin mengejar perolehan tim-tim di atasnya. Mahesa Jenar resmi terdegradasi ke Liga 2.
Musim ini jadi salah satu musim terburuk PSIS. Tak hanya dari sisi hasil, tetapi juga dari segi mentalitas, kepemimpinan, hingga komunikasi internal.
Bahkan, absennya suporter di stadion memberi gambaran betapa sunyinya perjuangan yang terasa seperti berlari di lorong gelap tanpa cahaya.
Kini, PSIS tak hanya harus bersiap secara teknis menghadapi Liga 2, tetapi juga merekonstruksi ulang kepercayaan publik Semarang yang begitu lama setia. (jpnn)