jatim.jpnn.com, SURABAYA - Ketidakpastian kebijakan tarif impor Amerika Serikat terhadap Indonesia kembali menjadi sorotan, menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif tinggi ke sejumlah negara.
Indonesia sendiri sempat dikenakan tarif impor 32 persen, tetapi kini ditangguhkan sebesar sepuluh persen selama 90 hari.
Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (Ubaya) Cynthia Yohanna Kartikasari, M.SE., menilai kondisi itu harus disikapi dengan strategi ekspor yang lebih luas dan cermat.
“Kalau tarif tetap tinggi, kita harus perluas tujuan ekspor. Barang Indonesia ke AS hanya sekitar sepuluh persen, masih ada 90 persen pasar lainnya yang bisa kita optimalkan,” ujar Cynthia, Senin (15/4).
Menurutnya, negara-negara seperti China dan anggota ASEAN bisa menjadi tujuan maupun mitra baru dalam perdagangan luar negeri.
Selain sawit, Cynthia menilai bahwa kopi Indonesia memiliki potensi besar di pasar internasional.
“Produk seperti kopi dan barang organik sangat diminati, terutama di Eropa dan Jepang. Ini bisa menjadi peluang besar,” katanya.
Cynthia menilai kondisi itu bisa menjadi titik balik bagi Indonesia untuk naik kelas dalam rantai pasok global, termasuk dalam menjembatani kebutuhan pasar AS yang selama ini bergantung pada China.