jpnn.com, UBUD - Wacana penulisan Sejarah Nasional Indonesia yang digagas Menteri Kebudayaan Fadli Zon menuai kritik dari kalangan sejarawan dan jurnalis. Dalam diskusi di Ubud Writers and Readers Festival 2025, Sabtu (1/11) di Ubud, jurnalis Uni Lubis dan sejarawan Bonnie Triyana menyoroti gagasan tersebut.
Mereka menilai proyek ini berpotensi mengulang narasi Orde Baru untuk melegitimasi figur Soeharto dan mengabaikan kompleksitas sejarah.
Bonnie Triyana yang juga anggota Komisi X DPR RI menilai proyek sejarah nasional berbahaya.
“Jika ini disebut sejarah resmi Indonesia, maka akan muncul sejarah yang dianggap tidak resmi atau bahkan subversif. Itu berbahaya,” tegasnya.
Dia menilai dana besar yang dialokasikan seharusnya untuk memperkuat literasi publik melalui museum dan riset. Bonnie juga menyoroti hilangnya kisah Konferensi Asia-Afrika dan peran perempuan dalam rancangan buku.
“Ini bukan sekadar soal fakta, tetapi ideologi. Sejarah kembali ditulis dari sudut pandang penguasa,” tutur Politikus PDI Perjuangan ini.
Keduanya menilai proyek tersebut mengancam semangat reformasi dengan menyingkirkan narasi pelanggaran HAM dan represi politik. “Jika Soeharto diangkat sebagai pahlawan nasional, generasi muda akan kehilangan konteks mengapa reformasi terjadi,” tandas legislator dapil Banten ini.
Menurut Uni Lubis, langkah Fadli Zon sejalan dengan upaya menonjolkan kembali peran Soeharto.






















































