jpnn.com - JAKARTA - Bisnis kuliner cepat saji di Indonesia kian marak. Di tengah maraknya bisnis kuliner cepat saji itu, satu nama mulai mencuri perhatian konsumen urban, yakni Baliren Xiaowancai. Didirikan di Jakarta di bawah naungan brand Baliren, restoran cepat saji bergaya Tiongkok ini berkembang pesat. Kini, Baliren Xiaowancai menjadi salah satu pilihan favorit bagi pencinta kuliner autentik Asia.
“Pasar Indonesia sangat dinamis. Masyarakatnya terbuka terhadap cita rasa baru, namun tetap mencari kenyamanan dan kepraktisan. Kami ingin menghadirkan solusi itu lewat Baliren Xiaowancai, makanan cepat saji khas Tiongkok yang lezat, halal, dan mudah diakses,” ujar Su Qing, President Director of Parisian Food Indonesia, perusahaan yang menaungi brand Baliren, dalam keterangan yang dikutip, Sabtu (8/11).
Mengangkat konsep “Chinese fast food modern, halal, dan terjangkau”, Baliren Xiaowancai menawarkan pengalaman makan cepat tanpa mengorbankan cita rasa. Menu andalannya yang menggabungkan resep khas Tiongkok dengan adaptasi cita rasa lokal, menjadikannya cocok untuk berbagai kalangan.
Dalam waktu hampir dua tahun beroperasi, brand ini berhasil menarik perhatian konsumen dan investor yang melihat potensi besar di segmen kuliner Tiongkok halal di Indonesia.
Salah satu kekuatan utama Baliren Xiaowancai terletak pada sistem operasionalnya yang efisien dan terstandar.
Seluruh bahan baku diolah melalui central kitchen yang memastikan rasa tetap konsisten di setiap outlet. Proses pelatihan staf pun relatif singkat. Hanya tiga hari pelatihan dan sepuluh hari persiapan sudah cukup untuk membuka toko. Dengan sistem ini, mitra tidak memerlukan koki profesional, menjadikan operasional lebih ringan dan mudah dijalankan.
Selain itu, setiap mitra franchise mendapatkan dukungan penuh dari tim pusat, mulai dari survei lokasi dan desain toko hingga strategi pemasaran dan pengawasan harian. Pendekatan ini membuat Baliren Xiaowancai menarik bagi investor baru di dunia F&B maupun pengusaha yang ingin memperluas portofolionya.
“Tujuan kami bukan hanya membuka restoran, tetapi membangun jembatan budaya kuliner antara Tiongkok dan Indonesia melalui makanan yang autentik namun tetap relevan bagi konsumen lokal,” tambah Su Qing.





















































