jpnn.com - Ketika sebagian besar pabrikan berlomba membuat mobil listrik yang sunyi, McLaren justru memilih jalan berbeda—tetap memelihara raungan mesin V8 mereka.
Ya, di tengah arus deras elektrifikasi global, produsen asal Inggris itu masih percaya pada “jiwa” mesin bensin.
Manajer proyek hypercar McLaren W1, Heather Fitch, menegaskan bahwa teknologi hybrid masih menjadi darah segar bagi McLaren.
“Hybrid V8 seperti di Artura, P1, dan Speedtail memberi kami fleksibilitas dan performa luar biasa. Kami akan terus menggunakannya,” ujarnya kepada Drive.
Sejak lahirnya P1 pada 2013, McLaren memang sudah bermain di ranah hybrid, tetapi dengan gaya khasnya—lebih ke performa daripada efisiensi.
Mesin V8 dikawinkan dengan motor listrik berteknologi balap, hasilnya bukan sekadar cepat, tetapi juga brutal.
Model terbaru, McLaren W1 jadi bukt. Dengan tenaga mencapai 938 kW dan torsi 1.340 Nm, W1 dinobatkan sebagai mobil tercepat dan terkuat dalam sejarah McLaren.
Sebagai perbandingan, Speedtail “hanya” punya 772 kW, P1 674 kW, dan F1 legendaris 461 kW.





















































