jpnn.com - Anggota Komisi I DPR RI Farah Puteri Nalia mengingatkan pemerintah meningkatkan kewaspadaan dan mengantisipasi secara serius dampak eskalasi konflik di Timur Tengah.
Farah menyampaikan itu menyusul meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, serta intervensi Amerika Serikat yang berpotensi memiliki implikasi signifikan terhadap stabilitas global dan nasional.
Legislator dari Fraksi PAN itu menjelaskan bahwa memanasnya konflik antara Iran-Israel, ditambah dengan serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran, telah mendorong Parlemen Republik Islam Iran untuk menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz.
Merujuk kepada Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Selat Hormuz merupakan alur pelayaran strategis yang sangat vital, mengangkut sekitar 20 persen dari pelayaran minyak mentah dunia.
"Penutupan selat ini bukan hanya masalah regional, tetapi ancaman geopolitik yang serius, khususnya untuk pasokan energi global dan stabilitas ekonomi dunia," kata Farah di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Menurut dia, jika Iran benar-benar melaksanakan penutupan Selat Hormuz, hal itu bakal berdampak signifikan dan serius. Goldman Sachs telah memperingatkan risiko terhadap pasokan energi global, memprediksi lonjakan signifikan pada harga minyak mentah dan gas alam.
Secara spesifik, harga minyak Brent diperkirakan dapat mencapai puncaknya di $110 per barel jika aliran minyak terganggu separuhnya selama sebulan dan tetap turun 10% selama 11 bulan berikutnya.
Penutupan selat itu akan menciptakan tekanan besar pada pasar global, mengganggu rantai pasokan, dan berpotensi memicu krisis energi yang meluas.