jabar.jpnn.com, BANDUNG - Untuk sebagian orang, jersei hanyalah selembar kain, tetapi bagi mereka yang tumbuh bersama klub kebanggaannya, di situlah tersimpan kisah, kebanggaan, bahkan cinta.
Dalam sebuah diskusi bertajuk ‘Menjahit Sejarah, Merayakan Gairah', tiga orang yang punya minat besar di dunia jersei, saling bercerita. Mereka adalah Fajar Ramadhan, desainer MILLS; Agung Mutakin, desainer jersei Persib Bandung, dan Nays Muntahar, kolektor jersei sepak bola.
Bagi Agung Mutakin, desain jersei bukan hanya permainan warna atau motif. Di setiap lekuk garis dan potongan bahan, ada sejarah yang dijahit dengan hati.
“Persib itu tidak akan pernah besar tanpa bobotoh, staf, dan orang-orang di balik layar,” kata Agung dalam diskusi di Kota Bandung, dikutip Minggu (26/10/2025).
Dalam merancang jersei Persib terbaru bersama brand asal Spanyol, Kelme, Agung menempatkan sejarah dan fungsi sebagai fondasi utama.
“Awalnya ada rencana memasukkan elemen Maung, tapi akhirnya dihapus karena terlalu mirip klub di ibu kota, Akhirnya kami pilih desain yang lebih minimalis. Tapi justru, yang minimalis itu lebih mahal," ujarnya.
Agung meyakini, jersei bukan sekadar identitas klub, tapi juga penghormatan bagi mereka yang menjaga nama besar Persib di dalam arena pertandingan.
Sementara itu, Fajar Ramadhan datang membawa kisah tentang bagaimana industri jersei di Indonesia tumbuh menjadi sebuah ekosistem.



















































