jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah akademisi di Bali menyatakan dukungannya terhadap Presiden ke-2 RI, Soeharto yang menjadi salah satu kandidat penerima gelar pahlawan nasional pada 10 November atau pada hari pahlawan.
Soeharto dianggap sebagai sosok yang memiliki jasa besar bagi Indonesia.
“Kalau melihat dari segi objektifnya, Bapak Soeharto memimpin puluhan tahun loh ya, juga harus melihat apa sih yang sudah dibangun oleh beliau. Jadi berhak juga beliau untuk diberikan gelar tersebut,” kata dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Universitas Dwijendra, Ni Made Adi Novayanti dalam acara diskusi “Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran dari Sudut Pandang Energi” di Denpasar, Kamis (6/11).
Terlepas dari pro dan kontra yang saat ini tengah terjadi di publik, perempuan yang akrab disapa Nova itu menilai banyak pencapaian yang sudah ditorehkan oleh Presiden Soeharto selama memimpin Indonesia 32 tahun. “Yang jelas, tidak boleh melupakan sejarah dan jasa beliau,” ucapnya.
Kendati demikian, Nova tidak ingin pemberian gelar tersebut malah menimbulkan sebuah isu yang kemudian menimbulkan konflik. Oleh karena itu peran media menjadi penting dalam hal ini.
“Jadi, sebagai orang-orang media ketika ada hal-hal yang seperti itu, tanggapi secara positif tetapi tidak digoreng dalam bahasa medianya itu sebagai sebuah konflik. Tujuannya seperti lagi-lagi sebagai media yang harus netral ketika ada isu-isu itu,” tegasnya.
Senada dengan Nova, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, I Gede Nandya Oktora menilai bangsa yang besar tidak boleh melupakan jasa para pemimpin terdahulu, termasuk Soeharto yang dikenal sebagai bapak pembangunan nasional.
“Yang jelas, tidak boleh melupakan sejarah dan jasa beliau,” ucap pria yang akrab disapa Nandya ini.






















































