jateng.jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengaku santai saja menanggapi cibiran dan kritik soal rob di Sayung, Kabupaten Demak, yang tak kunjung tuntas. Alih-alih tersinggung, Luthfi justru menganggapnya sebagai pemacu kerja.
“Saya dibully enggak apa-apa, itu seperti obat. Yang penting saya kerja ikhlas, enggak tinggal diam,” kata Luthfi saat forum Rembug Bareng Gubernur Jateng bersama Pimpinan Media di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Rabu (2/7).
Menurutnya, rob di Sayung bukan persoalan baru. Bencana itu telah terjadi selama lebih dari satu dekade. Bahkan, saat dirinya masih menjabat di Polda Jateng, rob sudah mencapai sepinggang.
“Kasus Sayung sudah jadi tradisi, enggak bisa dilawan. Sopo sing arep lawan rob? Sejak 10 tahun lalu saya di Polda, Sayung sudah semene,” katanya sambil menunjuk pinggang.
Meski menyebut rob tidak bisa dilawan, bukan berarti Pemprov Jateng berpangku tangan. Ahmad Luthfi menegaskan ada dua pendekatan yang kini dilakukan, yakni jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk jangka panjang, Pemprov Jawa Tengah juga menyiapkan Giant Sea Wall (tanggul laut) yang dibangun sejak era Gubernur Ganjar Pranowo pada 2022 dan akan terhubung dengan jalan tol serta dua kolam retensi besar:
- Kolam Retensi Terboyo: 189 hektare, menampung 6 juta kubik air
- Kolam Retensi Sriwulan: 28 hektare, menampung lebih dari 1 juta kubik air
“Pada 2026 nanti fungsional. Begitu ini selesai, insyaallah selesai. Yang terdampak ada 22 desa yang akan dijadikan tanggul,” tegas Luthfi.
Sementara untuk jangka pendek, Pemprov menggelontorkan anggaran Rp 1,7 triliun untuk mengintervensi 22 desa terdampak. Seluruh OPD diturunkan secara bergantian selama tiga hari di lapangan.
