jpnn.com, JAKARTA - Konsumsi protein yang cukup, baik berasal dari hewani maupun nabati, merupakan faktor penting untuk mendukung proses tumbuh kembang anak, khususnya dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia.
Hal itu dikarenakan protein merupakan zat gizi utama yang berperan dalam pembentukan sel dan jaringan tubuh anak.
“Masalah stunting yang masih terjadi pada balita dan anak usia sekolah antara lain disebabkan oleh rendahnya konsumsi protein, terutama dari pangan hewani seperti susu, daging, dan ikan,” jelas Guru Besar IPB University, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS, Selasa (11/11).
Rendahnya tingkat konsumsi pangan hewani di masyarakat menjadi salah satu faktor utama kekurangan asupan protein.
“Kalau kita melihat data, konsumsi susu, daging dan ikan di Indonesia masih rendah. Padahal, kekurangan protein akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan anak,” ujarnya.
Prof. Ali lantas menyoroti peran penting dari pangan nabati seperti kacang kedelai, yang juga memiliki kandungan protein tinggi dan telah lama menjadi bagian dari budaya makan masyarakat Indonesia.
“Kedelai yang diolah menjadi tahu dan tempe adalah sumber protein nabati yang digemari masyarakat. Ini keberuntungan bagi kita karena sumber nabati ini harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan protein hewani,” katanya.
Meski demikian, Prof. Ali mengingatkan bahwa kualitas protein hewani masih lebih baik dibandingkan protein nabati. Tahu dan tempe bagus proteinnya, tetapi kandungan asam aminonya tidak bisa disamakan dengan protein hewani seperti daging atau susu.






















































