jatim.jpnn.com, SIDOARJO - Tragedi bangunan tiga lantai ambruk di area asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo tentu menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban.
Insiden yang terjadi saat Salat Ashar berjamaah, Senin (29/9) lalu membuat 67 jiwa melayang.
Kejadian bangunan ambruk itu ternyata sedang dalam tahap pembangunan pada deck lantai 3. Mirisnya, beberapa santri ternyata ikut membangun proses pengecoran.
Ahli Teknik Sipil Struktur ITS Mudji Irmawan menjelaskan bangunan itu mulanya memang didesain hanya untuk satu lantai. Teknik pembangunan yang dilakukan tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan.
Seiring berjalannya waktu, ternyata jumlah santri kian bertambah. Pihak ponpes pun berencana membangun lantai 2 dan lantai 3.
“Selanjutnya berkembang lebih ramai lagi jumlah santrinya dan butuh beberapa fasilitas, ruang kelas, ruang pertemuan, maka ditambah lagi satu lantai di lantai dua dan tiga,” kata Mudji beberapa waktu lalu.
Setelah dana terkumpul, mereka lantas membangun lantai 2 dengan tetap menggunakan dasar pembangunan lantai 1.
“Tentunya, pada saat awal-awal dahulu membangun untuk kebutuhan santri yang tidak terlalu banyak satu lantai, tidak terpikir secara teknis, bahwa nantinya akan dibangun sampai tiga lantai. Jadi tidak ada pemikiran ke sana,” katanya.



















































