jpnn.com, WASHINGTON DC - Penasihat senior AS untuk urusan Arab dan Afrika, Massad Boulos, mengatakan upaya mencapai gencatan senjata kemanusiaan di Sudan terus berlangsung setelah tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter menyetujui rencana awal secara prinsip.
"Kedua belah pihak telah bersepakat secara prinsip, dan setahu kami belum ada keberatan dari salah satunya. Kami sekarang fokus pada detail-detail kecilnya," kata Boulos dalam pernyataannya pada Senin, seperti dikutip Sudan Tribune.
Ia menjelaskan bahwa inisiatif yang sedang berjalan bertujuan mencapai kesepahaman terhadap gencatan senjata penuh dan tahap berikutnya berdasarkan kerangka yang disepakati oleh Kelompok Empat Internasional di Washington.
Pada 12 September, kelompok empat negara — AS, Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab — menyerukan gencatan senjata selama tiga bulan di Sudan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan sebagai langkah menuju gencatan senjata permanen.
Kelompok yang dipimpin AS itu juga mengusulkan proses transisi selama sembilan bulan setelah gencatan senjata awal guna membentuk pemerintahan sipil independen di Sudan.
Menurut Boulos, belum ada negosiasi antara RSF dan tentara Sudan, tetapi komunikasi terpisah yang dipimpin oleh AS membantu proses tersebut.
Ia menggambarkan situasi kemanusiaan di El-Fasher "sangat mendesak dan menyakitkan," serta menegaskan kecaman AS atas kekejaman terhadap warga sipil di ibu kota Negara Bagian Darfur Utara itu.
Pada 26 Oktober, RSF merebut El-Fasher dan melakukan pembantaian terhadap warga sipil, menurut laporan organisasi lokal dan internasional, di tengah kekhawatiran bahwa serangan itu dapat meningkatkan perpecahan di Sudan.






















































