jpnn.com, JAKARTA - Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terus berinovasi dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan melalui konsep Zakat Hijau.
Program ini dirancang untuk menjawab tantangan global terkait ketidaksetaraan sosial-ekonomi sekaligus mengoptimalkan kehidupan yang layak dan terintegrasi bagi masyarakat.
Zakat Hijau menjadi instrumen yang mendistribusikan dana zakat untuk mendukung kelestarian lingkungan serta pemberdayaan mustahik melalui berbagai program ekonomi berkelanjutan.
Pimpinan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Saidah Sakwan menyampaikan pentingnya penerapan konsep Zakat Hijau dalam acara "Kultum Ramadhan Cinta" bertema "Zakat Hijau: Konsep Keberlanjutan dalam Filantropi Islam" yang diselenggarakan oleh DKM Al-Ikhlas, Bimas Islam, Kementerian Agama, di Jakarta.
Menurut Saidah, zakat yang selama ini dikenal sebagai instrumen sosial untuk pemberdayaan umat, kini memiliki peran yang lebih luas, yakni menjaga kelestarian bumi.
"Zakat Hijau adalah konsep yang menjadi landasan operasional BAZNAS dalam mendistribusikan dana zakat secara berkelanjutan. Kami mengajak seluruh masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam menjaga lingkungan, khususnya di bulan suci ini," ujar Saidah.
Dia menambahkan bahwa isu lingkungan yang kian mendesak, seperti pencemaran mikroplastik, pemanasan global, krisis pangan, serta sulitnya akses air bersih, dapat memunculkan mustahik baru akibat dampak ekstrem dari kerusakan lingkungan.
Sebagai respons atas tantangan tersebut, BAZNAS telah menjalankan berbagai program yang mengintegrasikan pemberdayaan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan. Di antaranya, pengelolaan lumbung pangan organik serta proyek pemberdayaan ekonomi yang memberikan akses kehidupan layak bagi para mustahik.
