jpnn.com - Di balik gemerlap dan kemacetan Ibu Kota, di balik gedung-gedung pencakar langit yang menjadi simbol kemajuan, Jakarta menyimpan cerita lain.
Sebuah cerita tentang ketahanan hati dan mimpi yang tumbuh di tempat-tempat tak terduga.
Di Cilincing, Jakarta Utara, di bawah kolong jembatan penyeberangan, suara riang anak-anak belajar justru menggema, memecah kesunyian ruang yang sering kali dianggap sebagai simbol keterpinggiran.
Ini adalah Rumah Belajar Merah Putih (RBMP), sebuah oase pendidikan bagi puluhan anak dari keluarga dengan ekonomi paling rentan.
Dipimpin oleh seorang Psikolog Desi Purwatuning, Yayasan ini bertahan dengan ketulusan para pengajar muda dan donasi seadanya. Di sini, dinding beton yang keras berhadapan dengan kelembutan hati yang tak kenal lelah.
Pada Sabtu (13/12/2025) pagi yang cerah itu, suasana RBMP berbeda. Kedatangan sekelompok mahasiswa dan dosen Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta mengadakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertema “Santun dalam Kata, Bijak dalam Harta”.
Kegiatan ini bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan sebuah jendela bagi calon-calon diplomat dan pembuat kebijakan masa depan untuk menyentuh langsung denyut nadi ketimpangan sosial di negeri mereka sendiri.
Mahasiwa didampingi oleh dua dosen pengampu mata kuliah, Riskey Oktavian, S.IP., M.A., dan Laurens Ikinia, BCIS.,MCS.






















































