jpnn.com, JAKARTA - Kehidupan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arsul Sani tidak banyak berubah di tengah ramainya polemik yang mempersoalkan ijazah doktoralnya.
Dia tetap terbuka, baik secara sosial maupun di lingkungan kerja.
Bahkan, ketika banyak pihak menyebut kasusnya itu terkait dengan adanya pihak yang tidak senang karena putusan-putusan MK atau dirinya pribadi.
"Saya tidak ada yang berubah dalam sehari-hari. Juga tidak menutup lingkungan sosial ataupun di MK," kata Arsul Sani dengan senyum khasnya.
Baginya, polemik ijazah ini cukup diambil hikmahnya saja, tanpa perlu berburuk sangka kepada siapapun. Ia juga tak berpikir untuk membalasnya.
"Saya tetap ingin menjaga prasangka baik (husnuzan) kepada semuanya, dan tidak ingin menyusahkan diri dengan mencari-cari pihak yang mau menjatuhkan, apalagi membalasnya," ujarnya dengan santai.
Sebagai orang yang dibesarkan di lingkungan Nahdliyin, Arsul menganggap serangan seperti itu sebagai bagian dari cobaan hidup.
Dia bersyukur sejumlah ulama atau kiai NU turut menguatkan dirinya dengan mengajarkan doa dan wirid tertentu.






















































