jpnn.com, JAKARTA - Industri otomotif hari ini sedang berada di tengah badai perubahan dan ketidakpastian.
Dalam situasi itu, kata pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, kemampuan beradaptasi bukan lagi keunggulan — melainkan satu-satunya cara bertahan.
“Pergeseran ini adalah evolusi pasar yang mengalami era VUCA (volatile, uncertain, complex, ambiguous) di mana semua pelaku usaha otomotif harus berpikir ulang terhadap asumsi lama dan mengambil keputusan strategis di tengah ketidakjelasan,” ujar Yannes kepada Antara.
Dia menegaskan strategi konvensional yang dahulu dianggap sakti kini sudah kehilangan daya magisnya.
Perilaku konsumen berubah cepat, kebijakan pemerintah terus berganti arah, sementara teknologi melesat melalui elektrifikasi dan digitalisasi kendaraan.
“Brand yang gagal membaca dinamika ini, walau dahulunya dominan akan segera kehilangan relevansinya,” tegasnya.
Dunia otomotif, kata Yannes, kini berada di persimpangan yang sama — hanya mereka yang cepat beradaptasi yang akan bertahan.
“Brand yang mapan runtuh bukan karena dosa masa lalu, tetapi karena terlena dalam comfort zone,” tuturnya.






















































