Kaya Miskin

3 hours ago 15

Oleh: Dahlan Iskan

Kaya Miskin

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dahlan Iskan. Foto: dok JPNN.com

jpnn.com - Kemarin miskin, hari ini kaya. Lupakan cerita kemiskinan Desa Silalahi di Disway kemarin. Simak kekayaan desa di tepi barat Danau Toba itu hari ini.

Di ujung desa itu berdiri ''kekayaan'' monumental: pembangkit listrik tenaga air. Cukup besar untuk ukuran Indonesia: 80 MW.

Kaya MiskinPLTA Renun yang ada di tepi Danau Toba, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.-PLN UID Sumatera Utara-

Saya menyebutnya itu kekayaan: bukan hanya dari besarnya listrik yang dihasilkan tapi juga dari besarnya sumbangan teknologi sipil untuk pelestarian alam Toba.

Saya mampir ke pembangkit listrik penuh makna itu Jumat pagi lalu. Saya sudah hafal cerita uniknya, tapi baru kali ini mengunjunginya. PLTA Renun bukan PLTA biasa –tergolong langka di dunia.

Ceritanya begini: Danau Toba ibarat mangkuk di atas meja. Yakni mangkuk besar yang cuil di bagian timurnya. Akibat cuil itu Toba tinggal berisi air setengahnya. Tumpah di bagian timurnya. Air yang tumpah itu menjadi air terjun Sigura-gura. Mengalir ke sungai Asahan.

Jepang membangun PLTA besar di Sigura-gura: 600 MW. Itu sebelum Anda lahir: tahun 1971-an. Hasil listriknya sepenuhnya untuk menghidupkan pabrik peleburan aluminium milik Jepang, di Kuala Tanjung, dekat muara Sungai Asahan. Tidak satu watt pun untuk masyarakat dekat Toba.

Waktu krisis listrik terberat di Sumut, saya ngiler melihat listrik melimpah dari PLTA Sigura-gura. Beberapa tahun setelah krisis itu peleburan aluminium milik Jepang itu menjadi 100 persen milik Indonesia –termasuk PLTA Sigura-gura.

Kemarin miskin, hari ini kaya. Lupakan cerita kemiskinan Desa Silalahi di Disway kemarin. Simak kekayaan desa di tepi barat Danau Toba itu hari ini.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |