jpnn.com, SEMARANG - Febri Ramdani bukanlah pemburu jihad, apalagi mau menjadi syuhada di medan perang. Namun, perjuangannya menyelamatkan ibunya di Suriah yang bergejolak menjadi kisah luar biasa.
Laporan Wisnu Indra Kusuma, Semarang
PROPAGANDA kelompok Negara Islam Irak Suriah atau yang lebih kondang dengan sebutan ISIS membuat keluarga Febri Ramdani terpesona.
Ibunda Febri yang sebelumnya pegawai negeri sipil (PNS) pun sampai terpikat oleh seruan ISIS kepada umat Islam untuk hijrah ke Suriah demi hidup di negeri damai dengan fasilitas berlimpah dan serbamudah, termasuk fasilitas kesehatan gratis.
Pada 2015, Bunda -demikian Febri menyebut ibunya- yang sudah berstatus janda memutuskan pergi ke Suriah. Dia berangkat bersama anak sulungnya.
“Ibu saya ke sana bukan karena jihad. Kakak saya sakit TBC tulang, lehernya sudah bolong. Mereka ke sana karena ingin berobat gratis,” kata Febri saat ditemui seusai pemutaran film dokumenter ‘Road to Resilience’ dan bedah buku ‘Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah’ di Kota Semarang, belum lama ini.
Sebelum berangkat ke Suriah, Bunda yang bekerja sebagai amtenar di sebuah kementerian merasa frustrasi dengan korupsi dan ketidakadilan di Tanah Air. Muak dengan berbagai praktik kotor di birokrasi, dia memutuskan berhenti dari statusnya sebagai abdi negara.
Di sisi lain, bisnis keluarga mereka kolaps hingga uang miliaran rupiah yang diinvestasikan akhirnya tak berbekas. Ibunda Febri yang dalam kondisi tanpa pekerjaan, harus menghadapi tekanan ekonomi, dan penyakit yang mendera anak sulungnya, menjadi pintu masuk bagi rayuan manis ISIS.
