Ketersediaan Lapangan Kerja Memicu Fenomena Job Hugging di Indonesia

1 month ago 28

Kamis, 18 September 2025 – 08:35 WIB

Ketersediaan Lapangan Kerja Memicu Fenomena Job Hugging di Indonesia - JPNN.com Jogja

Ilustrasi - Fenomena job hugging. Foto: Ricardo/JPNN.com

jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Fenomena job hugging atau kecenderungan untuk tetap bertahan di pekerjaan meski tidak lagi memiliki minat dan motivasi, kini melanda sebagian masyarakat Indonesia.

Kondisi ini dipicu oleh ketidakpastian lapangan kerja, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, dan tekanan ekonomi yang kian berat.

Guru Besar Fisipol Universitas Gadjah Mada sekaligus pengamat ketenagakerjaan Prof Tadjuddin Noer Effendi mengungkapkan bahwa fenomena ini bukanlah hal baru dan muncul akibat sulitnya situasi pasar kerja.

Menurutnya, keamanan finansial dan stabilitas menjadi alasan dominan bagi para pekerja untuk memilih bertahan.

“Mencari pekerjaan baru memiliki resiko yang tinggi, maka mereka cenderung memilih bertahan,” ungkapnya, Rabu (17/9).

Tadjuddin menganalogikan situasi ini dengan pepatah lama, “Berharap burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan,”.

Ia menjelaskan bahwa para pekerja lebih memilih mempertahankan pekerjaan yang ada saat ini daripada mengambil risiko mencari pekerjaan baru yang belum pasti masa depannya.

Dampak Tingginya Angka Pengangguran
Situasi pasar kerja yang tidak menentu dalam lima tahun terakhir, seperti angka pengangguran yang tinggi dan daya beli yang rendah, telah menciptakan efek domino terhadap serapan tenaga kerja baru, terutama bagi lulusan baru (fresh graduate).

Para pekerja di Indonesia memilih bertahan di pekerjaan mereka meskipun sudah tak memiliki motivasi. Fenomena ini disebut job hugging.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jogja di Google News

Read Entire Article
| | | |