jatim.jpnn.com, SURABAYA - Di balik angka besar 1,9 juta agen Fastpay di seluruh Indonesia, tersimpan kisah manusia yang tak kalah besar: kisah tentang perjuangan, kehilangan, dan keberanian untuk bangkit demi keluarga.
Salah satunya datang dari Fajar Rudi (36) warga Bekasi, Jawa Barat. Tiga tahun lalu, hidupnya berubah total setelah didiagnosis gagal ginjal pada 2022. Usaha sembako yang selama ini menjadi tumpuan keluarga terpaksa tutup karena kondisi fisik Fajar melemah dan ekonomi warga sekitar belum pulih pascapandemi.
“Saya takut, bukan untuk saya, tetapi untuk keluarga. Kami harus terus hidup,” ungkap Fajar.
Setiap minggu, Fajar menjalani cuci darah dua kali. Namun di antara kelelahan dan rasa putus asa, dia justru menemukan secercah harapan lewat bisnis keagenan digital.
Pada November 2024, Fajar memutuskan membuka loket Fastpay kecil di ruang tamu rumahnya. Langkah itu sempat diragukan banyak orang. Ada yang bilang dia terlalu sakit, ada pula yang menganggap bisnis digital bukan solusi.
Namun, Fajar membuktikan sebaliknya. Dengan spanduk sederhana di depan rumah, dia mulai membantu tetangga bayar listrik, isi pulsa, top up e-money, hingga tarik tunai.
“Setiap transaksi bukan cuma uang, tetapi juga harapan. Saya merasa punya peran lagi,” katanya.
Kini, meski masih rutin cuci darah, Fajar bisa menghasilkan Rp4–7 juta per bulan dari bisnis Fastpay. Cukup untuk biaya sekolah anak, kebutuhan rumah tangga, dan pengobatan.



















































