jatim.jpnn.com, SURABAYA - Awal Agustus 2025, saham PT DADA Tbk ($DADA) sempat tak dilirik pasar. Harga hanya berkisar Rp7 per lembar dengan transaksi minim. Namun, dalam beberapa hari, situasi berubah drastis.
Harga saham melonjak ke Rp16 per lembar di pasar reguler. Lebih mengejutkan, antrean beli (bid) menebal hingga 12 juta lot — fenomena yang jarang terjadi pada saham kelas ‘receh’.
Tidak berhenti di situ. Di pasar negosiasi, saham DADA berpindah tangan di harga Rp45 per lembar dengan volume transaksi puluhan ribu lot, padahal di pasar reguler harganya masih Rp16.
“Dengan adanya partner strategis berskala global, nilai tambah jangka panjang bagi perseroan akan meningkat sekaligus memperluas daya saing saham DADA,” kata pengamat pasar modal Rendy Yefta tertulis, Selasa (19/8).
Menurutnya, fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: siapa investor yang rela membayar 300 persen lebih mahal di balik layar jika bukan pemain besar yang melihat prospek luar biasa?
Pasar modal Indonesia pernah menyaksikan transformasi PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).
Dari saham murah, berubah menjadi primadona setelah aksi korporasi besar terungkap. Kini, pola serupa dinilai tengah terjadi pada DADA.
Isu masuknya mitra strategis global ke dalam DADA kian santer. Spekulasi mengarah pada potensi backdoor listing — strategi korporasi yang sering memicu lonjakan harga saham.