jatim.jpnn.com, SURABAYA - Shafira Onky Parasmita, seniman muda asal Surabaya yang akrab disapa Rara, berhasil meramu tradisi Mamaca Madura menjadi pertunjukan modern yang digemari Gen Z.
Atas inovasinya, perempuan kelahiran 2000-an itu diganjar gelar Magister Kesenian dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada akhir Agustus 2025.
Mamaca sendiri merupakan tradisi pembacaan teks lama dengan cara ditembangkan, lalu dijelaskan maknanya (panegghes). Isinya berisi ajaran moral, etika, hingga nilai budaya. Pada masa lalu, Mamaca berfungsi sebagai media dakwah dan pendidikan.
“Tradisi Mamaca dikenal dengan dinamika vokal, dialek Madura yang kuat serta ornamen vokal khas,” kata Rara, Rabu (10/9).
Namun, keberadaan Mamaca kian tergerus zaman. Dari keresahan itulah, Rara menciptakan inovasi bertajuk Unen, yang dikemas dengan pendekatan musik digital, humor, interaksi, hingga narasi berbahasa Madura, Indonesia, dan Inggris.
“Banyak orang sulit memahami makna Mamaca karena kemasannya sederhana. Gen Z butuh sajian yang lebih segar tanpa menghilangkan roh tradisi,” ujarnya.
Pertunjukan Unen dibagi menjadi tiga segmen: narasi yang diterjemahkan, interaksi penonton dengan teknik vokal tradisi Jawa Timur, serta perpaduan musik digital, nyanyian narasi, panegghes, hingga senggak interaktif audiens.
Format ini menjadi simbol pertemuan antara dunia digital modern dengan tradisi lisan turun-temurun.