jpnn.com, LEBAK - Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid menegaskan bahwa seorang pahlawan sejati harus memiliki sifat altruisme atau hidup untuk orang lain, serta menjaga konsistensi nilai hingga akhir hayatnya. Pernyataan ini disampaikannya dalam diskusi "Mencari Pahlawan Sejati" di Museum Multatuli, Rangkasbitung, Banten, Rabu (5/11).
"Pertama-tama bagi saya adalah orang yang hidup untuk orang lain. Nah, hidup untuk orang lain ini di dalam ilmu sosial dan politik dikenal sebagai sifat altruisme. Jadi, pahlawan itu orang yang punya sifat-sifat altruisme itu," ujar Usman.
Ia menekankan bahwa keberanian seorang pahlawan bukan hanya fisik, tetapi juga intelektual dan moral. Kriteria konsistensi hingga akhir hayat, menurutnya, menjadi pembeda utama.
"Bukan hanya semasa hidupnya tetapi sampai akhir hayat hidupnya dia pegang nilai itu. Jadi kalau dia meninggal dunia dalam keadaan melakukan kejahatan atau dengan status tersangka, sulit untuk diletakkan sebagai pahlawan," paparnya.
Mengomentari usulan gelar pahlawan untuk Presiden Ke-2 RI Soeharto, Usman memberikan perspektif kritis. Ia mempertanyakan peran Soeharto di masa revolusi dan menyoroti akhir kekuasaannya.
"Ketika para pemuda Banten terlibat di dalam revolusi tahun 40-an, Soeharto di mana? Soeharto menjadi anggota tentara KNIL, tentara kolonial," ujarnya.
"Pada mulanya dia siapa dan pada akhirnya dia siapa? Kalau pada mulanya dia berjahat pada akhirnya dia pahlawan bisa, tetapi kalau dia pada mulanya pahlawan pada akhirnya berjahat agak susah untuk kita sebut sebagai pahlawan," tambah Usman.
Sebagai perbandingan, ia menyebut Gus Dur dan Marsinah sebagai sosok yang memenuhi kriteria pahlawan sejati.





















































