jatim.jpnn.com, SURABAYA - Kericuhan demonstrasi pada 29–30 Agustus 2025 memberi dampak signifikan terhadap perekonomian Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Banyak gerai ritel terpaksa tutup sehingga omzet penjualan mengalami penurunan.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto menilai aksi ricuh tersebut memukul sejumlah sektor mulai transportasi, logistik, hingga usaha ritel. Gangguan distribusi barang membuat biaya operasional melonjak.
“Logistik antarkota, antarprovinsi, bahkan ekspor ikut terganggu. Apabila jalur distribusi terhambat, perusahaan harus memutar jalan sehingga menambah biaya. Ekspor pun bisa tertunda karena aktivitas di pelabuhan tersendat,” jelas Adik, Selasa (2/9).
Dia berharap situasi cepat kondusif agar hambatan logistik tidak berlangsung lama.
“Kalau sebentar mungkin hanya tertunda pengiriman, tetapi kalau berlarut, buyer bisa mencari barang dari negara lain. Itu yang langsung berdampak,” katanya.
Menurutnya, Surabaya menjadi wilayah paling terdampak karena berperan sebagai pusat ekonomi Jawa Timur. Transportasi, logistik, hingga ritel lumpuh sementara waktu. Hal ini mengganggu perputaran uang dan berpotensi menahan laju investasi.
“Investasi itu sangat sensitif terhadap kondisi sosial. Kalau terganggu, lapangan kerja baru bisa terhambat. Padahal ini sangat dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Meski belum ada data pasti soal besaran kerugian, Adik memastikan terjadi penurunan omzet yang signifikan, terutama di Surabaya.