jpnn.com, RIAU - Suasana berbeda menyelimuti kawasan kuliner malam di Jalan Cut Nyak Dien, Rabu (25/6), ketika seni, budaya, dan semangat konservasi bersatu dalam panggung yang penuh makna.
Dalam sebuah perhelatan bertajuk “Domang dan Tari sebagai Ikon Konservasi Alam di Riau”, masyarakat disuguhkan pertunjukan seni Melayu yang menggugah nurani dan menyuarakan cinta terhadap lingkungan.
Malam itu, bukan sekadar penampilan tari dan musik tradisi yang menjadi sorotan, tetapi komitmen nyata Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan yang mendeklarasikan diri sebagai Bapak Angkat Domang dan Tari.
Dua gajah jinak penghuni Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), yang kini menjadi simbol perjuangan ekologis dan pelestarian budaya di Bumi Lancang Kuning.
“Domang dan Tari bukan sekadar pertunjukan, mereka adalah suara sunyi yang mewakili hutan-hutan yang gundul, adat yang tergerus, dan alam yang terus terpinggirkan,” ujar Kapolda di hadapan ratusan pengunjung yang memadati lokasi.
Pentas seni yang diinisiasi oleh komunitas pencinta budaya dan lingkungan itu menyajikan tari-tarian Melayu bernuansa ekologis, puisi kritik sosial, hingga pantun-pantun yang menyiratkan pesan tentang kerusakan alam, hilangnya identitas lokal, dan pentingnya harmoni antara manusia dan ekosistem.
Acara sekaligus menjadi panggilan untuk menghidupkan kembali kesadaran kolektif, terutama generasi muda, bahwa konservasi bukan hanya pekerjaan teknis, tapi juga perjuangan kultural dan spiritual. (mcr36/jpnn)