jpnn.com, JAKARTA - Pakar lingkungan sekaligus dosen Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa menilai penempatan Ilmu Lingkungan di bawah pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan merupakan bentuk subordinasi konseptual yang justru melemahkan keilmuan.
Dia mengatakan pentingnya menjaga kemandirian keilmuan Ilmu Lingkungan agar tidak tereduksi menjadi sekadar bagian dari Pembangunan Berkelanjutan.
Menurutnya, menempatkan Ilmu Lingkungan di bawah pascasarjana atau fakultas Pembangunan Berkelanjutan bukan bentuk sinergi, melainkan “subordinasi konseptual” yang justru melemahkan kedalaman ilmiahnya.
"Ini bukan sekadar soal struktur akademik, tetapi soal paradigma ilmu,” kata Mahawan dalam keterangannya yang diterima JPNN.com, Kamis (23/10).
Dia menjelaskan ilmu lingkungan berakar pada sustainability science dan general system theory—ilmu yang memandang bumi sebagai satu sistem kehidupan utuh di mana manusia hanyalah bagian dari jejaring ekosistem.
“Ilmu Lingkungan bersifat integratif dan ekosentris. Fokusnya bukan hanya pembangunan, tetapi menjaga keseimbangan antara sistem alam dan budaya manusia agar bumi tetap lestari,” lanjutnya.
Sementara itu, pembangunan berkelanjutan, kata Mahawan, merupakan turunan dari teori pembangunan yang lebih normatif dan aplikatif, dengan orientasi pada kebijakan, tata kelola, serta inovasi ekonomi.
“Paradigmanya masih antroposentris, manusia mengelola alam untuk keberlanjutan hidupnya. Sementara ilmu lingkungan bersifat earth-centered, menempatkan manusia sebagai bagian dari sistem bumi, bukan penguasa atasnya,” tegasnya.