jabar.jpnn.com, BOGOR - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menilai besarnya investasi yang masuk ke kawasan Bogor Raya belum sepenuhnya berdampak signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi di wilayah tersebut.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Herman Suryatman, mengungkapkan bahwa realisasi investasi pada periode Januari–September 2024 menembus Rp218,2 triliun, tertinggi secara nasional.
Sebagian besar investasi tersebut terserap di Bogor, Bekasi dan Karawang.
“Investasinya luar biasa, tetapi kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. Artinya, pertumbuhan ekonomi belum inklusif,” ujar Herman dalam paparan pada Borderline Economic Summit (BES) 2025 di Ciawi, Kabupaten Bogor, Rabu (3/12).
Herman memaparkan bahwa tingkat kemiskinan di Jabar saat ini berada di kisaran 7,02 persen, atau sekitar 3,5 juta jiwa, sementara tingkat pengangguran mencapai 6,7 persen, setara dengan 1,7 juta orang.
Selain itu, tingginya ketimpangan ekonomi di sejumlah kota besar turut memperlemah dampak positif investasi.
“Kota Bogor indeks Gini-nya di atas 0,4. Ini menunjukkan adanya jarak kesejahteraan yang lebar,” katanya.
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antardaerah guna memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan, terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah.



















































