jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Komunitas Banyu Bening kembali menggelar acara "Kenduri Banyu Udan" sebagai kampanye dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan air hujan.
Acara yang digelar untuk kesepuluh kalinya ini berlangsung di Joglo Banyu Bening, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Selasa (9/9).
Founder Sekolah Air Hujan, Yu Ning, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah gerakan edukasi untuk mengajak masyarakat memanfaatkan dan mengelola air hujan secara bijak.
Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah yang ketersediaannya makin terbatas.
"Kegiatan ini bukan sekadar tradisi budaya, melainkan gerakan edukasi untuk masyarakat. Air hujan adalah anugerah. Melalui kenduri ini, kami ingin mengajak masyarakat belajar mengelola air hujan dari aspek sains maupun religi agar bermanfaat bagi kehidupan," katanya.
Mengangkat tema "Banyu Udan Panguripan" (Air Hujan Kehidupan), acara ini diisi dengan berbagai prosesi budaya.
Rangkaian acara dibuka dengan kirab membawa kendi berisi air hujan yang kemudian dituangkan ke dalam gentong di pintu masuk dusun, dilanjutkan dengan pementasan tarian sakral Riris Mangenjali sebagai ungkapan rasa syukur.
Turut hadir sebagai tamu kehormatan, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, putri dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam sambutannya, GKR Bendara menekankan pentingnya pengelolaan air untuk mencegah bencana seperti banjir dan kekeringan akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan.