jabar.jpnn.com, KOTA BANDUNG - Kongres XXII GMNI di Bandung, yang seharusnya menjadi ruang konsolidasi ideologis dan regenerasi kader, diduga justru tercemar oleh kepentingan politik praktis, intimidasi, dan premanisme yang mengkhianati nilai-nilai perjuangan Bung Karno.
Sejak awal, dinamika kongres dipenuhi manuver kekuasaan yang sarat intervensi eksternal.
Bukan lagi ruang dialog antar kader, kongres berubah menjadi ajang perebutan jabatan dengan mengabaikan semangat musyawarah.
Selain itu, diduga terjadi pengerahan massa non-kader dan praktik intimidasi terhadap peserta kongres, merusak marwah organisasi.
Hal itu disampaikan salah satu kader GMNI Nathan dalam keterangan tertulisnya kepada JPNN.com, dikutip Sabtu (26/7/2025).
"Kami sangat kecewa karena ada pihak yang mencoba memaksakan kehendak pribadi dengan menjalankan sidang ilegal, padahal yang bersangkutan pun bukan kader aktif karena dinyatakan drop out, juga mengabaikan aturan organisasi dan semangat demokrasi. Ini bukan GMNI yang kami kenal," ucap Nathan.
“Kami, kader-kader GMNI yang masih menjunjung tinggi Marhaenisme, menolak keras arah penyimpangan ini. GMNI bukan alat kekuasaan. GMNI adalah rumah perjuangan, bukan panggung politik transaksional," sambungnya.
Nathan berharap evaluasi total terhadap pelaksanaan kongres ini dan menyerukan kepada seluruh kader untuk bersatu membersihkan organisasi dari infiltrasi dan kekerasan.