jpnn.com - JAKARTA - Peluncuran International Trade Barrier Index (TBI) menjadi salah satu highlight dalam Innovation Summit Southeast Asia (ISSA) 2025 di Jakarta, Selasa (6/5).
ISSA merupakan ajang dua tahunan yang digagas oleh Center for Market Education (CME) bersama Tholos Foundation.
Tahun ini, ISSA menggandeng Universitas Prasetiya Mulya, Provalindo Nusa, dan Ecolex dalam penyelenggaraannya.
Sementara itu, TBI sendiri merupakan indeks global yang membandingkan tingkat keterbukaan dan hambatan perdagangan antarnegara.
Peluncuran TBI 2025 juga mengangkat case study kontroversi pelarangan penjualan Apple iPhone 16 di Indonesia.
Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan akibat perang tarif, muncul pertanyaan: apa yang harus dilakukan Indonesia?
Penelitian menyimpulkan bahwa proteksionisme justru menghambat kemajuan. Daya saing muncul dari keterbukaan dan inovasi, bukan isolasi.
Lantas, bagaimana dengan peringkat Indonesia? "Memang Indonesia berada di peringkat terakhir, tetapi justru ini menunjukkan potensi yang luar biasa. Ada harapan besar terhadap pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Apalagi saat ini banyak perusahaan di AS dan Eropa yang tengah mencari alternatif rantai pasok di kawasan Asia. Common sense reform dapat membawa Indonesia melompat menuju era baru," ujar Phillip Thompson, dari TBI.