jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Piter Abdullah Redjalam menyebutkan ada narasi tidak seimbang berkaitan sistem komisi aplikator terhadap pengemudi transportasi online yang belakangan disebut mengeksploitasi mitra.
"Demi menjawabnya, penting memahami aspirasi dari para driver aktif secara langsung," kata dia kepada awak media, Selasa (28/10).
Piter kemudian membeberkan dua survei dari lembaga terpercaya, yakni Tenggara Strategics dan Paramadina Public Policy Institute (PPPI).
Tenggara Strategics dalam temuan September 2025 dengan 1.052 responden menyatakan pengemudi tidak mempersoalkan potongan tinggi asalkan pesanan tinggi.
"Hasilnya menunjukkan bahwa 82 persen driver lebih memilih potongan komisi 20 persen, tetapi orderan tinggi, ketimbang potongan 10 persen orderan sepi," ujar Piter.
Sementara itu, kata dia, terkait status hubungan aplikator dan pengemudi, survei Tenggara Strategics menunjukkan 85 persen pengendara tidak keberatan dengan status mitra.
"Bagi mereka fleksibilitas jam kerja merupakan hal yang utama. Mereka juga memahami bahwa status pekerja justru bisa merugikan bagi driver," ujar Piter.
Secara umum, kata dia, hasil survei Tenggara Strategics menyimpulkan bahwa pengemudi di wilayah metropolitan lebih menyoroti kepastian pemesanan dan perlindungan tambahan ketimbang besaran potongan aplikasi.






















































