jpnn.com, JAKARTA - Sebelum perang tarif yang disaksikan seluruh dunia pada 2025, perang dagang 2018-2020 telah terjadi, tetapi tidak secara vulgar terekspos. Hal itu menyebabkan perdagangan dunia turun 3% dan GDP global turun 0,8%.
Tarif 32% yang dikenakan pada impor dari Indonesia bukan angka kecil. Sementara Tiongkok menghadapi situasi lebih parah dengan adanya balasan *perang tarif* akibat Transhipment yang digagasnya. Hal ini telah menciptakan ancaman fragmentasi ekonomi global.
Pengamat intelijen yang juga dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) Dr. Stepi Anriani mengatakan, bahwa ada 3 sikap yang dapat terjadi dari pembentukan blok- blok ekonomi global.
Pertama, negara-negara melawan dominasi AS dengan membentuk blok ekonomi baru. Kedua, dunia ikut skenario AS dan makin tunduk pada hegemoni Amerika Serikat.
"Ketiga, sikap negara-negara yang mencoba bernegosiasi dan netral, lebih lunak dalam memposisikan diri," jelas Dr. Stepi Anriani, Selasa (15/4/2025).
Lebih lanjut dikatakan, Indonesia secara geopolitik berada di kawasan Indo Pasifik yang menjadi wilayah strategis. Sebagai kawasan sentral, Indo Pasifik merupakan episentrum pertumbuhan ekonomi, inovasi teknologi, dan diskursus isu-isu kawasan.
Indonesia perlu mengambil peran strategis dalam mencegah konflik terbuka di kawasan.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan diperankan lebih kuat oleh Indonesia sebagai berikut: