jateng.jpnn.com, SEMARANG - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang menolak wacana penugasan guru sebagai pencicip menu Makan Bergizi Gratis (MBG) sebelum didistribusikan ke siswa.
Ketua PGRI Kota Semarang Prof Nur Khoiri menilai penugasan itu berisiko bagi guru, baik dari sisi kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
“Kalau guru jadi tester itu selain ada bahayanya juga berat tanggung jawabnya,” ujarnya, Sabtu (4/10).
Khoiri menyatakan risiko yang dihadapi guru bukan sekadar gangguan kesehatan akibat makanan tidak layak, tetapi juga persoalan tanggung jawab sebagai semacam quality control.
“Misalnya di satu sekolah ada 500 siswa, tidak semua kondisi makanan bisa dites. Kalau satu sampel baik, tetapi ada makanan lain yang ternyata basi, nanti tester, dalam hal ini guru yang disalahkan. Itu kasihan sekali bagi guru,” katanya.
Selain itu, dia juga menyoroti potensi kesalahpahaman publik.
Menurutnya, masyarakat bisa dengan mudah menyalahkan sekolah, padahal pihak sekolah hanya menerima dan mendistribusikan makanan yang disiapkan pihak penyedia.
“Netizen itu kan liar, tahunya sekolah yang bertanggung jawab, padahal sekolah tidak tahu menahu soal proses pengolahan. Guru seharusnya fokus mengajar, bukan menjadi tester makanan,” ujarnya.



















































