jpnn.com, JAKARTA - Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjadi titik ukur penting bagi arah perjalanan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menilai tahun pertama bukan semata periode capaian administratif, tetapi barometer ideologis tentang ke mana arah pengetahuan, moralitas, dan orientasi pembangunan bangsa hendak dibawa.
Indonesia memang telah melangkah dengan sejumlah program besar, mulai penguatan ketahanan pangan, pemerataan sosial melalui Makan Bergizi Gratis, dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur.
Namun, di tengah semua geliat pembangunan fisik itu, arus besar pengetahuan dan riset nasional masih berjalan di pinggiran, belum menjadi motor utama pengambilan keputusan dan transformasi sosial.
Bangsa yang besar bukan hanya ditandai oleh jalan tol, gedung tinggi, atau angka PDB yang meningkat — tetapi oleh kekuatan berpikir, riset yang berdaulat, dan kebudayaan ilmu yang memerdekakan.
Di sinilah ISNU menilai, sudah waktunya Indonesia menapaki babak baru, yakni revolusi pengetahuan.
Paradigma Pembangunan: Dari Infrastruktur ke Intelektual
Satu tahun terakhir menunjukkan capaian signifikan di sektor ekonomi dan pertahanan. Namun, pembangunan berbasis pengetahuan belum menjadi kerangka utama kebijakan publik. Kebijakan masih cenderung output-oriented, bukan knowledge-driven.