Silalahi Ande-ande

3 hours ago 14

Oleh: Dahlan Iskan

Silalahi Ande-ande

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dahlan Iskan. Foto: dok JPNN.com

jpnn.com - Ketika meninggalkan Sidikalang, Jumat pagi lalu, mobil saya dikawal pikap: isinya durian Dairi.

Kami pun menyusun jadwal perjalanan berikutnya. Utamanya di mana saja bisa berhenti mencicil menghabiskan durian di pikap itu.

Silalahi Ande-ande

Pemberhentian pertama: kampung Silalahi. Di tepi Danau Toba –nun di ujung barat danau sepanjang 110 km itu.

Perjalanan ke Silalahi mirip dengan perjalanan kami sehari sebelumnya. Yakni ketika kami ke patung Yesus di Sibea-bea. Untuk mencapai Silalahi kami harus menuruni gunung. Berliku. Dari ketinggian 1.600 meter ke 1.100 meter. Meliuk-liuk.

Mendekati tepian danau barulah datarannya agak landai. Mulailah terlihat bercuil-cuil tegal dan sawah. Lalu rumah-rumah kecil penduduk asli.

Inilah tepian Danau Toba sisi termiskin. Masuk Kabupaten Dairi. Petak sawahnya kecil-kecil. Secuil-secuil. Di sela-sela batu besar. Pun petak kebunnya. Penuh batu agak besar dan agak kecil.

Tanaman terlihat kurang subur. Mangga pun buahnya kecil-kecil –seperti tidak cukup hara untuk membuatnya sedikit lebih besar.

Meski desa miskin, saya pastikan Silalahi lebih terasa mewah dari rumah Anda. Seluruh rumah di Silalahi punya AC. Bahkan kandang hewan mereka.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |