jakarta.jpnn.com - Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) berdiskusi dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengenai berbagai isu kebangsaan sekaligus menegaskan komitmen kolaborasi lintas iman dalam menjaga dan merawat persatuan Indonesia
Salah satu yang dibahas ialah kasus intoleransi yang masih terjadi di Indonesia. Ketua Umum GAMKI Sahat Marton Sinurat mengatakan pihaknya merasa prihatin terhadap intoleransi yang masih terjadi.
"Di antaranya ialah pembubaran kegiatan retret pemuda Kristen di Sukabumi serta polemik izin mendirikan bangunan (IMB) Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Depok," kata Sahat ketika berkunjung ke gedung PBNU, Jakarta, Senin (14/7.
Sembari berseloroh, Sahat mengatakan selama ini GAMKI selalu berkomitmen kepada kepanjangan PBNU, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.
Menurut Sahat, peristiwa intoleransi menjadi alarm bagi semua pihak tentang menyebarnya paham radikal di tengah masyarakat.
"Ini bukan hanya tentang kebebasan beragama, melainkan juga bagaimana komitmen kita terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dari fondasi keberagaman dan kebinekaan," ujar Sahat.
GAMKI juga menyampaikan dukungan terhadap upaya yang dilakukan pimpinan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam menyuarakan keadilan lingkungan hidup.
Menurut Sahat, seruan dari Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan terkait persoalan TPL di Kawasan Danau Toba adalah persoalan bersama.