jpnn.com - JAKARTA - Pakar keamanan siber Ahmad Faizun mengingatkan Presiden Prabowo Subianto agar mengedepankan investasi pada aset teknologi berdaulat demi mewaspadai perang dunia baru. Selain sebagai alat pertahanan, kata Faizun, langkah tersebut akan mampu mengamankan perekonomian Indonesia sekaligus menjaga aset-aset ekonomi digital.
Faizun menambahkan bahwa investasi pada aset teknologi berdaulat akan menghasilkan efek berganda yang dahsyat, menciptakan lapangan kerja yang membutuhkan keterampilan tinggi, mendorong ekosistem inovasi dalam negeri, menghasilkan pendapatan ekspor signifikan. "Yang terpenting, mengamankan seluruh aset ekonomi digital Indonesia yang bernilai triliunan rupiah," kata Faizun dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/6).
Faizun menekankan kepada pemerintah supaya mempertimbangkan pengeluaran pertahanan sekaligus dapat menjadikannya sebagai investasi dengan dampak ganda. Menurut dia, keamanan siber bukan lagi sekadar pos pengeluaran dalam anggaran negara. Namun, keamanan siber harus diposisikan ulang sebagai investasi strategis dalam fondasi ekonomi masa depan.
Dia menyatakan bahwa inilah jalan untuk mengubah kerentanan menjadi kekuatan, dan ancaman jadi peluang ekonomi. "Inilah satu-satunya arsitektur pertahanan yang relevan dan berkelanjutan untuk mengamankan posisi Indonesia sebagai negara yang benar-benar berdaulat di era digital," ucap Faizun.
Lebih lanjut Faizun mengatakan medan perang konvensional yang dibatasi secara geografis kini telah berubah menjadi teater digital tanpa batas. "Data sebagai wilayah baru dan jaringan adalah infrastruktur yang paling penting dan rentan," jelasnya.
Menurut dia, konflik global yang ditandai dengan perang dagang AS-Tiongkok, invasi mendadak Rusia ke Ukraina, hingga memanasnya konflik Iran dan Israel serta potensi eskalasi di sejumlah wilayah lain, telah memicu jenis Perang Dunia baru. Melihat hal itu, Faizun menyerukan pemerintah merancang ulang seluruh paradigma pertahanan Indonesia.
Dari yang sebelumnya sekadar pengeluaran material beralih menjadi investasi strategis dalam arsitektur ekonomi pertahanan yang relevan untuk zaman. "Perang ini (perang dunia) tidak lagi dideklarasikan, perang ini dilaksanakan melalui serangan siber diam-diam, spionase ekonomi besar-besaran, dan sabotase digital yang dapat melumpuhkan suatu negara tanpa satu tembakan pun dilepaskan," ujarnya.
"Bagi Indonesia, ancaman ini bersifat non-linier, tidak datang secara bertahap tetapi dapat muncul tiba-tiba yang mampu melumpuhkan urat nadi ekonomi kita," tambahnya.