Baja Impor Banjiri Pasar, Pengusaha Nasional: Pemerintah Seharusnya Lahirkan Konglomerasi Baru

2 hours ago 16

 Pemerintah Seharusnya Lahirkan Konglomerasi Baru

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

CEO PT Inerco Global International, Hendrik Kawilarang Luntungan, menyatakan bahwa langkah pemerintah seharusnya tidak hanya berfokus pada menarik investor asing, tetapi lebih kepada menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang fokus pada industri manufaktur. Foto: dok sumber

jpnn.com, JAKARTA - Industri baja dalam negeri tengah menghadapi tekanan keras akibat membanjirnya produk impor. Menanggapi hal ini, pemerintah justru memilih untuk membuka keran investasi untuk pihak asing yang berminat membangun pabrik di dalam negeri.

Seperti yang diungkapkan Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza bahwa dirinya mengaku telah kedatangan sejumlah investor dari Eropa, China, dan Vietnam yang berminat merelokasi pabrik bajanya ke Indonesia.

"Kami minta supaya mereka berinvestasi di Indonesia, bangun pabrik di Indonesia, sehingga mereka juga punya akses ke pasar domestik," kata Faisol seusai Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR RI, Jakarta, Senin (10/11).

Namun, dari kalangan pengusaha dalam negeri, muncul suara kritis. CEO PT Inerco Global International, Hendrik Kawilarang Luntungan, menyatakan bahwa langkah pemerintah seharusnya tidak hanya berfokus pada menarik investor asing, tetapi lebih kepada menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang fokus pada industri manufaktur.

"Harusnya pemerintah menciptakan pengusaha-pengusaha baru dengan bimbingan pemerintah, seperti yang tercipta di China, Jepang, dan Korea. Mereka maju industri manufakturnya karena pemerintah terjun langsung membimbing agar menyesuaikan dengan target pemerintah menjadikan Indonesia negara industri dalam 10 tahun ke depan," ujar Hendrik.

Menurutnya, akar masalahnya juga terletak pada sistem penyaluran kredit perbankan.

"Permasalahan kita saat ini dikarenakan penyaluran kredit dari bank-bank besar hanya diberikan kepada pengusaha besar ataupun titipan-titipan politisi. Akibatnya tidak ada pemerataan, tidak lahir para pengusaha baru. Kebijakan ini membuat orang kaya makin kaya dan orang miskin dan menengah akan mustahil masuk ke dalam kategori orang kaya," tegasnya.

Hendrik menekankan bahwa untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 5 persen, Indonesia membutuhkan konglomerasi-konglomerasi baru di luar yang sudah ada.

Industri baja dalam negeri tengah menghadapi tekanan keras akibat membanjirnya produk impor

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |