jpnn.com, DEPOK - Komunitas Bakul Budaya FIB UI mengadakan acara bertajuk "Capgome ala Bakul Budaya di Kampus UI" di pelataran FIB UI. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memperkuat pemahaman tentang budaya Peranakan Tionghoa sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Acara itu dibuka dengan Pasar Bakul yang menjual berbagai kuliner dan fashion dari Peranakan Tionghoa. Berbagai kuliner yang menandai perayaan capgome sebagai puncak sekaligus penutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek dijual di Pelataran FIB UI ini, seperti lontong capgome, bakso, siomay, lumpia, pempek, teh liang, jus jeruk. Ada juga berbagai batik, kebaya encim, dan pernak-pernik.
Acara dilanjutkan dengan bincang-bincang budaya bersama Rahadjeng Pulungsari Hadi (Dosen Prodi Cina FIB UI) dan Notty J. Mahdi (Antropolog, peneliti dan kolektor wastra Nusantara), Peragaan Kain Batik Peranakan Tionghoa dan Kebaya Encim oleh mahasiswa Prodi Cina FIB UI.
Antusiasme peserta yang berjumlah lebih dari 120 orang dari berbagai kalangan (civitas akademika UI, berbagai komunitas budaya, dan masyarakat umum) terlihat dari acara diskusi yang hidup.
Rangkaian acara capgome yang merupakan kolaborasi antara Bakul Budaya, FIB UI, ILUNI FIB UI, dan Prodi China FIB UI ini ditutup meriah dengan penampilan Tari Yapong yang dibawakan oleh Namiyah (peserta termuda Bakul Budaya), Bakul Swara, dan atraksi barongsai.
Ketua Umum Bakul Budaya Dewi Fajar Marhaeni menyampaikan bahwa dengan capgome, pihaknya merayakan keberagaman di negeri ini.
“Sesuai dengan misi bakul budaya melestarikan budaya dan merajut kebhinekaan. Slogan "Bhineka Tunggal Ika" harus diejawantahkan dan tidak jadi slogan kosong. Hal ini juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Bakul Budaya dalam pemajuan kebudayaan di akar rumput,” kata dia.
Sementara itu, Dekan FIB UI Bondan Kanumoyoso sangat mengapresiasi diadakannya perayaan capgome di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.