jatim.jpnn.com, SURABAYA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof Dr dr Joni Wahyuhadi SpBS(K) menilai kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia perlu segera dibenahi.
Menurutnya, kurikulum tidak cukup hanya menitikberatkan pada kompetensi medis, namun juga harus mengintegrasikan etika dan empati sebagai bagian penting dalam pelayanan kesehatan.
“Penyusunan kurikulum pendidikan kedokteran jangan hanya berfokus pada kemampuan ilmiah dan teknis. Harus ada muatan etika dan empati terhadap pasien,” ujar Prof Joni, Sabtu (14/6).
Pernyataan itu menyinggung fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri.
Dia menilai hal ini bukan semata-mata karena rendahnya kompetensi dokter dalam negeri, tetapi lebih pada aspek komunikasi dan pelayanan.
“Mereka percaya kemampuan dokternya, tetapi tidak nyaman secara hubungan antar manusia. Tanya dokter dicuekin, rumah sakit tidak ramah. Ini yang harus kami perbaiki,” tegas mantan Direktur RSUD Dr Soetomo itu.
Dia menekankan setidaknya ada tiga aspek yang harus menjadi pilar utama pendidikan dokter, pertama berbasis bukti ilmiah, memiliki empati tinggi, dan menjunjung etika.
“Dokter harus bisa menempatkan diri seolah-olah pasien itu adalah dirinya sendiri. Pelayanan medis, psikis, dan aspek lainnya harus sempurna. Dan tentu harus beretika, menghargai pasien, rumah sakit, hingga regulasi pemerintah,” ujarnya.
.jpeg)
